Sejarah kami

        Kisah SOLO BAKERY berawal dari nenek Yohanes Indra Gunawan yang membuka toko roti "The King" yang sekarang berganti nama Primadona. Bisnis kuliner di bidang roti dilanjutkan turun temurun hingga ke ibunya yang mempunyai merk roti Trias. Roti Trias adalah roti yang terkenal di era tahun 90-an. Bagi generasi senior, siapa yang tidak kenal roti Trias. Dengan teknik pemasaran yang masih sederhana, orang tua Yohanes menitipkan roti Trias di toko-toko atau warung-warung. Karena perkembangan pengusaha roti semakin banyak,masyarakat menuntut produk yang lebih modern. 

        Dari merk Trias akhirnya pada tahun 2001 Yohanes mencoba memakai nama SOLO BAKERY. Pemilihan nama SOLO BAKERY sendiri tidak mudah. Awalnya Yohanes dan keluarga mempunyai pilihan nama Gama Bakery yang berasal dari singkatan Gajah Mada karena, tokonya yang terletak di jl. Gajah Mada. Hingga terpilihlah satu nama yang familiar,enak didengar dan mudah diingat masyarakat yaitu Solo Bakery, Selain mudah diingat, Solo Bakery sendiri mengambil arti dari kata "SOLO" yang berarti satu atau tunggal. 

        Dengan fokus pada kualitas tidak salah bila Solo Bakery melekat di hati masyarakat. apalagi bagi Yohanes, rasa roti yang enak menjadi standart utama produk Solo Bakery. Selain itu, pelayanan penuh mengutamakan pelanggan lalu menjadi pegangan Solo Bakery. Hanya saja Yohanes masih mempunyai mimpi untuk mengubah lifestyle masyarakat. Selama ini di Indonesia, roti hanya sebagai makanan sekunder, lebih pada snack atau cemilan saja. Beliau ingin melihat roti sebagai makanan primer, Dengan roti sebagai salah satu makanan primer,standart bahan yang dipakai memang untuk kebutuhan kesehatan sehingga asupan gizinya akan diperhatikan.